Arti Kata Centhini

Apa arti kata centhini ? Centhini itu sebetulnya nama sebuah karya sastra Jawa yang lebih dikenal dengan Serat Centhini. Buku ini telah ada sejak tahun 1850-an. Terdiri dari 12 jilid, aslinya ditulis menggunakan karakter Jawa dengan tinta prada (kuning keemasan). Saat dikembangkan, syahdan disajikan di atas meja, dan dieja dengan lidi aren. Usianya sudah lebih dari seratus tahun, tapi sampai sekarang belum ada terjemahan bahasa indonesia lengkap. Sebenarnya buku ini disebut sebagai ensiklopedi Jawa karena semua jenis pengetahuan intelektual Jawa ada di sini termasuk hal yang kontroversial pun dihadirkan.

Ben Anderson mengungkapkan bahwa Centhini adalah satu-satunya buku kuno di nusantara yang dengan jelas mengungkapkan sodomi. Almarhum Karkono Kamajaya dengan bantuan dana dari mantan presiden Soeharto menerjemahkan seluruhnya sekitar 12 jilid. Penerbit Balai Pustaka pun menerbitkan ringkasan Centhini.

Pakar budaya Jawa dari Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada memiliki proyek untuk menerjemahkan semua volume Centhini ke bahasa Indonesia. Namun, beberapa tim sudah meninggal dan hasilnya jauh dari sempurna.

Tiba-tiba seorang Prancis, seorang mantan jurnalis, tiba pada tahun 2004 yang menerima penghargaan dari Asosiasi Des Ecrivains De Langue Francoise atas bukunya setebal 500 halaman tentang Centhini: Les Chants de Lile a `Dormir Debout, Le Livre de Centhini.

Sebuah cerita gaya baru Centhini yang karyanya dianugerahi gelar buku terbaik Asia yang ditulis dalam bahasa Prancis sepanjang tahun 2003. Elizabeth Inandiak, namanya. Dia tidak menyebut dirinya seorang sarjana atau pakar ahli bahasa Jawa, namun merupakan seorang pelancong petualang di dunia kebatinan Jawa.

Pada tahun 1988 ia tiba di Indonesia sebagai jurnalis. Pertemuannya dengan Centhini yang kebetulan membuat jalan hidupnya berubah. Dia merasakan panggilan itu. Centhini baginya adalah sebuah karya ajaib yang mengingatkannya pada perasaan romantis, kesucian, dan kemesuman para penulis Prancis yang terkenal: Rabelais, Baudelaire, Victor Hugo, Jean Genet, dan Diderot.

Sang vegetarian yang saat ini tinggal di Desa Pajangan, Tridadi, Sleman, Yogya, tidak menerjemahkan baku Centhini mentah-mentah. Dia mencari esensinya. Dia tidak bisa berbahasa Jawa, tapi dengan bantuan beberapa kenalan dia, lalu diregangkan sesuai dengan ungkapannya sendiri. Dia tidak memiliki ciptaan dari manuskrip aslinya.

Untuk mengetahui bagaimana isi dari buku Centhini itu dan menyimpulkan arti kata Centhini, Anda sebaiknya beli ya di toko-tok buku, mungkin di toko online juga ada. Saya sendiri lagi nyari bukunya sekarang. Saya sendiri hanya tahu bahwa Centhini itu nama buku. Saya cari di translate Google bahasa Jawa pun, hasilnya zonk.

Tag : cen
Back To Top